وَوَصَّيْنَا الْإِنسَــٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حُسْنًا ۖ (٨)
“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya.” (Q.S. Al – Ankabut (29): 8)
Selain Nabiyulloh Adam AS., dan istrinya Hawa, setiap dari kita pastilah mempunyai orangtua wanita. Ibu, emak, mamah, ummi, atau apapun panggilan yang umum berlaku di suatu tempat menurut adat istiadat, merupakan panggilan kepada mereka yang bukan hanya panggilan untuk penghormatan, tetapi juga wujud panggilan cinta dan kasih sayang kepadanya.
Lebih kurang 9 bulan lamanya Alloh Ar – Rohman mencurahkan kasih sayangnya lewat orang tua wanita kita. Kepayahan yang makin bertambah payah setiap hari, setiap minggu dan setiap bulannya, namun mereka malah tidak meratapi kepayahan. Munajat do’a panjang yang malah disampaikan kepada-Nya untuk kesehatan kita ketika di dalam kandungan, biarpun fisik mereka bertambah payah, kurang tidur dan kesulitan lainnya dalam mengandung kita.
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَــٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أَمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَــٰلُهُ فِى عَامَينِ أَنِ شْكُرْلِى وَلِوَٰ يْكَ إِلَىَّ الْمَصِيرُ (١٤)
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang Ibu- Bapaknya; Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah – tambah lemah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Ku–lah kembalimu.” (Q.S. Luqman (31): 14)
Sampai akhirnya hari itu pun tiba…kita dilahirkan ke dunia ini dengan tangisan dan rengekan panjang, seolah ingin kembali ke dalam perlindungan rahim mereka. Tidak ada yang mau menghitung dan mengukur berapa banyak keringat peluh yang menetes, berapa banyak darah yang keluar, juga tidak ada yang bisa atau mau menggantikan sakit dan keperihan selama persalinan. Namun, setelah semua rasa sakit, erangan, keringat dan darah yang telah keluar…mereka malah tersenyum bahagia dan lantas mencium, memeluk dan menggendong kita. Mereka memuji-Nya, meminta pertolongan kepada-Nya, dan meminta ampunan kepada-Nya.
Wahai para pria bertubuh kekar dan kuat…bisakah kalian bayangkan kepayahan ketika saat mengandung dan melahirkanmu? Dengan kekarnya otot bisep di tanganmu, dan six pack di perutmu…bisakah menahan perih sakit dan kepayahan pada apa yang Ibumu lalui?
Namun tahukah kita bahwa mereka justru bahagia dengan lahirnya kita? Seolah – olah semua kepayahan itu sirna dengan teriakan kita pertama kali di dunia!
Ikhwan…bagi para kaum pria, sosok orang tua wanita mereka tidaklah akan pernah tergantikan! Mau bagaimanapun itu! minimal pasti para kaum pria akan mencari sosok orang tua wanita mereka pada istri atau calon istrinya. Di saat para pria mungkin sedang jengah dengan kondisi labil para Ratu dan Tuan Putri di keluarganya, maka pada Ibunda merekalah tempat bercermin pada kondisi tersebut.
Dari Abu Hurairoh RA. Ada seseorang datang menemui Rosullloh SAW dan bertanya, “Wahai Rosululloh, siapa orang yang paling berhak aku perlakukan dengan baik?”
Beliau menjawab, “Ibumu!”
Pria tadi bertanya (lagi), “Lalu siapa?”
Beliau menjawab, “Ibumu!”
Pria tadi bertanya (lagi), “Lalu siapa?”
Beliau menjawab, “Ibumu!”
Pria tadi bertanya (lagi), “Kemudian siapa?”
Beliau menjawab, “Ayahmu!”
(Muttafaqun ‘Alaihi; Shohih Bukhori: 5971 Muslim: 2548 )
Ukhtana…pun demikian halnya bagi para kaum wanita. Sosok orang tua wanita merekalah yang akan menjadi panutan pertama kali bagaimana mereka akan mengarungi hidupnya dengan suami dan anak – anaknya dalam keluarganya. Dari sosok orang tua wanitalah mereka akan belajar dan diajari fitrah kaum hawa dalam bertingkah laku, beribadah sesuai kodratnya, diajari ketika “tamu bulanan” datang untuk kali pertama, mengenal alat masak dan bumbu dapur untuk makanan, merawat dan membesarkan buah hati, dan sebagainya.
Bukankah figur orang tua wanita kita tidak akan pernah tergantikan, Ikhwah?
Tidak akan…tidak akan pernah!
Sungguh mulia sekali apa yang telah Ibu kita lakukan untuk kita semua!
Lalu pernahkah berpikir sekali saja…sekali saja…apabila wujud kasih sayang Alloh Ta’ala sesuai qodar-Nya datang kepada mereka, berupa sakit, kecelakaan, usia tua, maupun dicabut-Nya kenikmatan pada mereka bahkan dicukupkan-Nya umur Ibu kita…siapkah kita menghadapinya dengan penuh kesabaran atas takdir yang buruk tersebut?
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَىْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَٰلِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّــٰبِرِينَ (١٥٥)